Pontianak (Suara Pontianak) – Pembangunan Duplikasi Jembatan Kapuas 1 di kawasan Simpang Tanjung Raya (Tanray), yang diresmikan Presiden Joko Widodo tahun lalu dengan anggaran Rp 275 miliar, ternyata belum sepenuhnya mengurai kemacetan antara Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Timur.Potret Dekan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Slamet Widodo.SUARAPONTIANAK/SK
Dekan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Slamet Widodo, menilai bahwa meskipun waktu tempuh lebih cepat dibandingkan sebelum pembangunan, sejumlah titik kemacetan masih terjadi, khususnya di kawasan Simpang Tanjung Raya 1 dan Simpang Imam Bonjol.
Slamet mengungkapkan pengalamannya yang membutuhkan waktu 20-30 menit untuk menempuh perjalanan dari Simpang Landak menuju Simpang Tanjung Raya.
“Memang lebih baik dari sebelumnya, yang bisa mencapai 1 jam. Tapi, masalah kemacetan belum sepenuhnya teratasi,” ujarnya, Rabu (8/1/2025) malam.
Masalah utama, menurutnya, ada pada kapasitas simpang di kawasan Tanray yang tidak mampu menampung volume kendaraan yang terus meningkat.
“Persimpangan di sana jadi titik macet utama. Kendaraan dari arah Kota ke Tanray 2 penuh sesak, sementara arah menuju Jembatan Landak justru lengang,” tambahnya.
Selain Duplikasi Jembatan Kapuas 1, pelebaran Jalan Perintis Kemerdekaan juga telah dilakukan. Namun, Slamet menilai langkah ini belum menyentuh akar masalah.
“Jalannya memang lebih bagus, tapi kemacetan tetap ada di simpang. Selama simpang ini tidak diubah, pembangunan tambahan jembatan atau pelebaran jalan saja tidak cukup,” tegasnya.
Sebagai solusi jangka pendek, Slamet mengusulkan penutupan simpang dengan median dan pembuatan U-Turn modifikasi di Jalan Perintis Kemerdekaan.
“U-Turn ini bukan sekadar membuka pembatas jalan. Harus ada ruang khusus, dengan tambahan 4,5-5 meter di kiri dan kanan jalan, sehingga pengendara bisa putar balik tanpa mengganggu arus lalu lintas utama,” jelasnya.
Ia juga menyarankan pembangunan jalur di bawah Jembatan Kapuas 1 bagi kendaraan dari Tanray 2 menuju Tanray 1. Jika diterapkan, solusi ini dinilai lebih murah dan cepat dibandingkan membangun infrastruktur besar seperti flyover.
Namun, Slamet tetap mendukung pembangunan flyover sebagai solusi jangka panjang, meskipun membutuhkan biaya lebih tinggi dan waktu pengerjaan yang lebih lama.
Meskipun solusi U-Turn diterapkan, Slamet menyoroti bahwa kemacetan kemungkinan masih akan terjadi di Simpang 3 di depan Yayasan Rumah Sakit Islam Pontianak (Yarsi).
“Simpang 3 ini juga jadi titik macet berikutnya. Perlu dibuat median untuk menutup simpang tersebut dan memberikan putar balik yang cukup jauh untuk mengatur arus lalu lintas dengan lebih baik,” tambahnya.
Duplikasi Jembatan Kapuas 1 dan pembangunan infrastruktur lainnya menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengatasi kemacetan di Pontianak. Namun, tanpa solusi menyeluruh yang mencakup pengelolaan persimpangan, kemacetan akan tetap menjadi tantangan.
Kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk menerapkan inovasi seperti U-Turn modifikasi atau flyover guna memastikan kelancaran arus lalu lintas di kawasan strategis ini.[SK]