![]() |
Ilustrasi kukang raksasa. (YouTube/ Epic Wildlife) |
Berdasarkan penelitian, ilmuwan meyakini bahwa kukang raksasa mati setelah berkumpul di rawa yang dangkal dan kekurangan oksigen selama masa Zaman Es terakhir.
Pada masa Pleistosen akhir, sebuah kelompok hewan multigenerasi dari setidaknya 22 kukang darat raksasa (Eremotherium laurillardi) entah bagaimana mati dan kemudian terawetkan dalam keabadian pada suatu tempat.
Daerah itu berada di sepanjang pantai barat daya Ekuador yang dikenal sebagai Tanque Loma, yang termasuk situs legendaris Rancho La Brea.
Meski sekarang telah punah, kukang raksasa adalah hal umum yang bisa ditemui di Kuarter Dunia Baru, era yang mencakup sekitar 2,6 juta tahun terakhir.

Salah satu kerabat dari Eremotherium laurillardi, Eremotherium rusconi, bahkan bisa mencapai panjang hingga 6 meter dengan berat 3 ton.
Itu sangat besar jika dibandingkan ukuran rata-rata panjang tubuh kukang modern yang hanya 30 sentimeter.
Diterbitkan di jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, kuburan kukang raksasa ditemukan di tempat yang dikenal sebagai situs asphaltic.

Aspal yang merembes secara alami berfungsi sebagai pengawet in-situ, melestarikan tulang dan material lainnya.
"Lubang-lubang tar sangat menarik, dan Rancho La Brea mungkin adalah situs fosil paling terkenal di dunia, tetapi, meskipun sudah lebih dari satu abad penelitian, kami belajar bahwa kami baru saja sampai di permukaannya," kata seorang peneliti bernama Dr Emily Lindsey.
Puluhan kukang raksasa yang mati dalam satu lubang diprediksi bahwa mereka berkumpul dalam sebuah tempat yang biasanya dijadikan sebagai sumber air untuk minum, Namun ada juga kemungkinan lain yaitu mereka berkumpul ketika kukang raksasa bersama-sama menghindari peristiwa geologis seperti letusan gunung berapi atau banjir.
Sumber : Suara.com
Editor : Diko Eno