Pasukan Merah Lakukan Aksi Damai Berbuah Dibebaskannya Enam Peladang

Editor: Editor : Dina Prihatini Wardoyo author photo


Pasukan Merah saat Aksi Damai
Sintang (Suara Kalbar) - Organisasi Tariu Borneo Bangkule Rajang (Pasukan Merah) melakukan aksi damai pembelaan terhadap peladang yang ditahan.

Ribuan pasukan merah hadir dari berbagai kabupaten di Kalimantan Barat untuk memperjuangkan nasib petani yakni Kabupaten Sintang, Melawi, sekadau, Sanggau, landak dan lainnya. Tariu Borneo Bangkule Rajang (Pasukan Merah) merupakan organisasi pemersatu orang dayak. Organisasi ini digunakan untuk mempertahankan Adat, Tradisi, Budaya, serta kearifan lokal orang dayak yang identik dengan berladang untuk menyambung kehidupan.
Kegiatan orasi dilaksanakan di depan gedung Kejaksaan Negri Sintang. Tidak hanya pasukan merah saja namun di ikuti juga oleh mahasiswa, peladang dan DAD.

Yakobus Kumis,  Wakil Ketua DAD Nasional mengatakan bahwa kita semua hadir disini untuk  mengangkat harkat, martabat para peladang. Kita menginginkan kebebasan untuk para peladang yang ditahan.
"Kami bersama bersatu disini untuk menuntut keadilan. Saudara kami pasukan merah yang datang disini pada hari ini belum seberapa. Sudah terdata semua anggota pasukan merah sebanyak 22.000 orang,” kata Yakobus Kumis, Kamis (21/11/19).

Lanjutnya, mereka hadir disini dengan kesadaran hati nurani sendiri, diakuinya para pendemo sama sekali  tidak dibayar, juga tidak ada sangkut pautnya dengan politik. “Kami murni memperjuangkan para peladang. Kami hadir disini  disentuh oleh roh - roh leluhur nenek moyang kami. Kami bisa hidup sampai hari ini karna moyang, kakek, nenek kami adalah peladang. Sudah ribuan tahun nenek moyang kami berladang. Berladang adalah siklus kehidupan orang dayak karna adalah bagian dari adat istiadat,” paparnya.

Menurutnya yang ditahan salah satunya ada orang tua pendoma dan apabila orangtua mereka ditahan habislah kehidupan orang dayak. “Berladang adalah mini marketnya orang dayak karna disana tidak hanya menanam padi tetapi juga sayur mayur, jagung, serai, kunyit dan banyak lagi lainnya. Kami minta keadilan agar  orangtua kami dibebaskan. Jika mereka tidak dibebaskan maka masyarakat dayak seluruh borneo akan serentak turun untuk membela. Kami hidup ditanah kami sendiri jangan jadikan kami seperti tamu. Dayak siap mengawal NKRI. Mudah - mudahan ini juga didengar oleh bapak presiden RI,”  ujarnya.

Menurutnya kegiatan berladang adalah turun temurun masyarakat dayak dari jaman nenek moyang untuk menyambung hidup.
“Saya tegaskan peladang itu  bukan penjahat, bukan teroris, bukan koruptor,” kata ketua Dewan Adat Dayak (DAD) kabupaten  Sintang Jefray Edward.

Iapun berharap kepada aksi damai ini merupakan perjuangan bersama dan ini harus tercapai. Harapan pemerintah bukan hanya melakukan tindakan hukum tetapi harus memberikan solusi kepada semua para peladang.
"Semoga orasi ini didengarkan para hakim, para jaksa. Kami anak peladang, kamivbukan penjahat dan  bukan anarkis. Kita semua makan nasi, jika kita tidak berladang bagaimana kita mendapatkan nasi yang murni tanpa pengawet, tanpa pewarna,” paparnya.

Petrus, Ketua Tariu Borneo Bangkule Rajang (Pasukan Merah) mengatakan bahwa mandau, tangkin, nibung yang dibawa ini merupakan aksesoris dan bagian dari adat iatiadat dan bukan untuk tindakan anarkis. “ Ini murni aksi damai kita. Karna kita sebagai orang dayak Lahir beradat, nikah beradat, mati pun beradat . Kita disini ber etika ..kita menuntut keadilan terutama untuk para peladangbyang di tahan. Tariuo borneo sudah memberikan surat kepada kapolres untuk mengamankan aksi damai kita,” jelasnya.

Hadirnya Tariu Borneo pasukan merah hari ini bukan untuk meniadakan yang ada, tapi untuk menambah kekuatan yang ada. “Hidup para peladang. Kita tidak perlu menurunkan masa terlalu banyak. Ini belum seberap. Tapi kita menginginkan masalah ini harus selesai hari ini.  6 orang peladang harus bebas hari ini juga,” kata Petrus.

Ia menjelaskan bahwa para pendemo membawa senjata tangkin mandau tombak termasuk budaya adalah adat dan berharap agar hukum jangan sampai tumpul ke atas tajam ke bawah.
“Kita hari ini membela mereka peladang yang tertindas. Kalau berladang dilarang, tidak ada padi  tidak adak tuak, tidak ada gawai.  Untuk itu kita harus memperjuangkan nasib peladang. Nasib orang dayak, jangan sampai kita menjadi seperti tamu di tanah sendiri. Jaga Adat, budaya, tradisi, bahasa, dan kearifan lokal kita orang dayak. Terutama dalam berladang untuk menyambung kehidupan ini", ungkap Ketua Tariu Borneo Bangkule Rajang Kabupaten Melawi Anton.

Kegiatan aksi damai tidak berlangsung sia – sia, suara dan keinginan masyarakat terkabulkan sehingga 6 orang peladang yang ditahan pun bebas.

Penulis : Beni
Editor   : Dina Wardoyo
Share:
Komentar

Berita Terkini