![]() |
Komunitas batik |
Salah satu stand yang banyak di kunjungi dan menjadi pusat perhatian ialah stand Komunitas Batik Wardah dari anak SMK negeri 3 Pontianak.
Komunitas batik yang diberi nama Wardah alias Wadah Kreatifitas Anak Hebat ini merupakan satu di antara ekstrakurikuler yang ada di SMK 3 Pontianak. Wasilah Anim selaku pembina, komunitas batik wardah sekaligus guru akutansi ini mengaku sangat senang. Karna siswanya dapat ikut serta dalam acara pameran yang di adakan oleh pihak perpustakaan IAIN.
"Senang sekali anak-anak bisa ikut serta dalam pameran ini. Sehingga mereka bisa memperlihatkan hasil karyanya kepada masyarakat. Komunitas ini sudah di bangun sejak tahun 2012, dimana setiap siswa yang ikut ekstrakulikuler ini diajarakan bagaimana caranya mencanting," ungkapnya kepada suarakalbar.co.id, Kamis (4/10/2018).
Mulai dari memegang alatnya, hingga membuat pola baik itu batik tulis maupun batik cap diajarkan kepada seluruh siswa.
"Kemudian mereka akan di kenalkan juga dengan alat-alat mencanting, sekaligus di ajarkan teknik mencanting yang mudah," tutur Wasilah.
Dengan beberapa materi yang dipaparkan, Wasilah mengakui hal tersebutcukup menarik perhatian pengunjung. Banyak pengunjung yang tertarik dalam proses membuat batik.
Lukman, salah satu contoh pengunjung yang mendatangi stand ini mengaku sangat tertarik dengan mencanting.
"Menarik buat batik seperti ini, tetapi kalo orang yang baru pertama kali pegang canting agak ngeri-ngeri juga. Soalnyakan panas, terus kaku juga" ucapnya.
Satu diantara siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3 Pontianak, Nila Sintia yang tergabung dalam Komunitas Batik juga mengaku sudah punya kain hasil batik sendiri. Siswi kelas sebelas ini telah bergabung dengan komunitas batik Wardah selama kurang lebih satu tahun.
"Saya sudah punya karya batik sendiri, yaitu batik celup. Pertama kali belajar itu yang paling sulit adalah mencantingnya, grogi dan gugup takut kena tumpahannya, itukan panas," jelasnya.
Komunitas Batik Wardah juga rutin mengadakan pertemuan empat kali dalam seminggu. Selain dari mengikuti ajang-ajang pameran, komunitas ini juga menjual hasil karyanya seperti di area car free day setiap minggunya di dekat stadion GOR Pangsuma.
"Selain itu kita juga biasa biasa buka stand hari Minggu di area CFD dekat stadion. Harga untuk batik celup Rp 150 ribu sampai dengan Rp 200 ribu per kain. Untuk batik cat Rp 150 ribu sampai dengan Rp 200 ribu per kain, sedangkan batik tulis seharga Rp 250 ribu sampai dengan Rp 300 ribu", tutupnya.
Penulis: Ade Siti Fatimah
Editor: Dina Wardoyo