Intip Proses Pembuatan Kuliner 'Lepat Lau' di Wajok Hilir, Makanan Khas Hari Raya Idul Fitri

Editor: Redaksi author photo

Warga  membuat Lepat Lau, kuliner khas yang dihidangkan saat perayaan hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha Di Desa Wajok Hilir, Kecamatan Jongkat, Kabupaten Mempawah, Senin (10/5/2021). SUARAKALBAR.CO.ID/Diko Eno
Mempawah (Suara Kalbar) –Banyak cara dilakukan untuk menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri yang tinggal menghitung hari. Di Desa Wajok Hilir, Kecamatan Jongkat, Kabupaten Mempawah, sejumlah ibu-ibu melakukan pembuatan ‘Lepat Lau’, kuliner khas yang dihidangkan saat perayaan hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha.

Suarakalbar.co.id, berkesempatan melihat proses pembuatan Lepat Lau ini. Bahan yang digunakan untuk pembuatannya mudah didapatkan. Diantaranya, daun pisang sebagai pembungkus, pulut ketan putih,  dan cetakan yang terbuat dari kayu.

Salah satu pembuat Lepat Lau, Nur Asma menjelaskan, pertama-tama ia harus mengaron ketan dengan santan. Kemudian dilanjutkan dengan mencetaknya dengan cetakan khusus dan membungkusnya dengan daun pisang yang muda dan lembut.  Setelah itu menyatukan tujuh bungkus Lepat Lau dalam beberapa lembar gulungan daun pisang.

“Prosesnya pulut itu dicetak dalam cetakan yang terbuat dari kayu, setelah itu dibungkus pakai daun pisang, dan setelah itu diikat menggunakan tali rapiah, dan siap untuk dimasak lagi supaya pulutnya lebih terasa,”katanya, Senin (10/5/2021).

Nur Asma mengakui, setiap tahunnya ia selalu kebanjiran order Lepat Lau. Tak tanggung-tanggung orderan nya kadang mencapai ratusan bungkus, apalagi saat menjelang perayaan idul adha.

“Banyak yang mesan, terutama dekat-dekat rumah, ada juga yang dari luar,”terangnya.

Setelah dibungkus, lanjut Nur Asma daun pisang kemudian dikukus menggunakan dandang sampai matang. Apabila sudah matang, maka lepat lau diangkat dari dandang dan sajikan. Bahkan ketahanannya bisa mencapai satu minggu.

Nah untuk menyantapnya kata Nur Asma, lebih enak  dicampurkan atau dicocol dengan rendang daging.

“Setelah diikat tinggal dimasukan kedalam dandang untuk direbus, kalau sudah matang udah bisa di makan, bahkan dimakan pakai rending daging leboh teraasa enaknya,”ucapnya.

Ia bercerita sedikit, pekerjaan ini sudah dilakoninya sejak dari usia kecil. Kala itu, Mak Nong sapaan akrab Nur Asma ini membantu orang tuanya membuat lepat lau hanya untuk stok yang dihindangkan bagi keluarga. Namun, setiap tahunnya, masyarakat berdatangan untuk memesan lepat lau ini kepadanya.

Berawal dari situlah Mak Nong, akhirnya menerima pesanan setiap warga yang datang. Bahkan sekarang penjualannya melalui Market Online satu bulan sebelum hari raya Idul Fitri.

“Awalnya membantu orang tua, belajar cara membuatnya, kita buat setiap tahun, banyak warga yang datang memesan juga, akhirnya kita terima sampai sekarang kita juga pasarkan ke media sosial sebelum hari raya,”ceritanya.



Penulis: Diko Eno

Share:
Komentar

Berita Terkini