![]() |
Bupati Bengkayang Buka Gawai Naik Dango ke-29 di Samalantan.SUARAPONTIANAK/SK |
Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis, dan dimeriahkan oleh penampilan megah Tariu Borneo Bangkule Rajang (TBBR). Dengan busana khas Dayak berwarna merah menyala, para anggota TBBR menyambut hangat kehadiran Bupati dan tamu undangan, termasuk tokoh besar Dayak, Pangalangok Jilah, yang turut memberikan petuah adat dan sejarah asal mula Naik Dango.
Naik Dango di Samalantan kali ini mengangkat nilai kebersamaan antara dua wilayah adat, Benua Gajeng dan Sawak, yang secara simbolik menunjukkan kekuatan warisan budaya dalam membangun identitas Dayak yang kuat dan bermartabat.
Dalam sambutannya, Bupati Sebastianus Darwis menegaskan bahwa Bengkayang adalah salah satu daerah dengan intensitas penyelenggaraan even budaya Naik Dango tertinggi di Kalimantan Barat. Dari 17 kecamatan, hampir seluruhnya menyelenggarakan even ini secara rutin setiap tahun.
"Pemkab Bengkayang terus berkomitmen untuk mendukung pelestarian budaya sebagai bagian dari pembangunan sosial masyarakat. Nilai-nilai adat ini adalah modal sosial yang sangat penting dalam mendukung jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah," ujar Darwis.
Pemkab Bengkayang juga memberikan dukungan dana sebesar Rp100 juta untuk penyelenggaraan Naik Dango ke-29 di Samalantan, sebagai wujud nyata komitmen pelestarian budaya lokal.
Dalam momen penuh khidmat, Pangalangok Jilah, tokoh adat Dayak yang dihormati, menyampaikan pesan mendalam kepada masyarakat, khususnya generasi muda, agar tidak melupakan akar budaya mereka.
“Kita harus melestarikan budaya dan tradisi nenek moyang kita. Kita dikenal sebagai manusia yang paling beradat. Masyarakat Dayak merasa malu jika disebut tidak beradat,” tegas Jilah.
Ia mengingatkan pentingnya memulai pelestarian dari lingkup terkecil—keluarga. “Berbuatlah dari hal kecil, agar bisa sampai kepada hal besar. Kalau hal kecil saja tidak mampu kita jaga, bagaimana bisa mengemban hal besar?” tambahnya.[SK]